Rabu, 24 Agustus 2011

Laporan Pendahuluan BPH


LAPORAN PENDAHULUAN
BENIGNA HIPERTROPI PROSTAT (BPH)


I.     ANATOMI FISIOLOGIS SISTEM URINARIA
Kelenjar prostat adalah suatu kelenjar ebro muscular yang melingkari bladder neck dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gr dengan rata-rata ukuran :
-       Panjang 3,4 cm
-       Lebar 4,4 cm
-       Tebal 2,6 cm
Terdiri dari :
-       Lobus medius 1 buah
-       Lobus anterior 1 buah
-       Lobus posterior 1 buah
-       Lobus lateral 2 buah
 












Pada potongan melintang uretra pada posterior kelenjar prostat terdiri dari :
-       Kapsula anatomis
-       Jaringan fibrosa yang terdiri dari
1.    Jaringan fibrosa
2.    Jaringan muscular
3.    Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok, yaitu :
a.    Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya
b.    Bagian tengah disebut mokusa
c.    Disekitar uretra disebut periuretral gland
II.  KONSEP DASAR PENYAKIT
A.       PENGERTIAN
Benigna hipertropi prostat (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat. Memanjang kea rah depan kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine. Dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydrouretra.

B.       ETIOLOGI
Menurut Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 adalah :
a.       Adanya hyperplasia periuretral yang disebabkan karena perubahan keseimbangan testosterone dan estrogen.
b.      Ketidak seimbangan endokrin
c.       Faktor umum /usia lanjut 30-40 tahun atau 50 tahun ke atas.
C.       PATOFISIOLOGI
Karena adanya pertumbuhan dari nodula-nodula abroadenomatosa majemukdalam prostat. Lebih dari 50% di atas usia 50 tahun mengalami pertumbuhan nodula ini.
Jaringan hiperplastik terutama dari kelenjar dengan stroma fibrosa yang jumlahnya berbeda-beda. Pembesaran jaringan prostat periunetal menyebabkan obstruksi leher kandung kemih dan uretra parsprostatika yang menyebabkan berkurang aliran kemih dari kandung kemih.

















“Mansjoer, Arif, dkk. 2000.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. Halaman 329”

Proses Penuaan
Perubahan keseimbangan
testosteron
Perubahyan prostat
berlebih
Daerah prostat meningkat
dan detrosur jadi tebal
Penonjolan saat detrosur
ke dalam
Kontraksi detrosur terputus
Obstruksi saluran kemih
Obstruksi saluran kemih
Kemacetan total
inkontenensia
Gangguan eliminasi urin
Hipersensitif otot
detrosur
Bertambah frekuensi miksi dan sulit ditahan
iritasi
Disuria
Nyeri akut
Jika detrosur lelah dan mengalami dekomposisi
Retensi kemih
Miksi lemah, rasa tidak mampu mengosongkan kandung kemih
Penumpukan urin
 

























D.       TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala yang tampak pada klien BPH antara lain :
a.    Retensi urin.
b.    Kurangnya/lemahnya pancaran kencing.
c.    Miksi yang tidak puas.
d.   Frekuensi kencing bertambah.
e.    Pada malam hari miksi harus mengejan.
f.     Hematuria.
g.    Dorongan yang mendadak dan mendesakuntuk mengeluarkan urin (urgency)
h.    Kadang klien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter.
i.      Gelisah, takikardi dan tekanan darah meningkat.
E.       PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Pada klien BPH umumnya dilakukan pemeriksaan :
1.    LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.
2.    Radiologis Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu.
Terapi lainnya :
1.    Cryosurgery kelenjar prostat adalah upaya terbaru untuk menyingkirkan kelenjar prostat pada klien yang secara fisik tidak dapat mentoleransi pembedahan atau pada mereka yang mengalami kanker prostat kambuhan. Kemoterapi seperti deksorubisin, sisplantin dan sikiosfosfamid juga dapat digunakan.
2.    Drainase kateter dilakukan dengan cara rute suprapubik / trans uretral.
3.    Pada kanker prostat lebih lanjut, transfuse darah diberikan untuk mempertahankan kadar hemoglobin yang adekuat karena sum-sum tulang digantikan oleh tumor.
4.    Terapi radiasi pada sisi skeletal dapat menghilangkang nyeri tulang.
5.    Beda neuro yaitu memotong serabut nyeri medulla spinalis.

F.        KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien BPH antara lain :
1.    Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesika ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.
2.    Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi.
3.    Hernia dan hemoroid.
4.    Karena selalu terdapat sisa urin, sehingga menyebabkan terbentuknya batu.
5.    Hematuria.
6.    Sistiliasis dan dielonefritis.




III.   KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan distensi kandung kemih.
2.    Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder.
3.    Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh.
4.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit, perawatannya.

B.     INTERVENSI KEPERAWATAN
1.    Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan distensi kandung kemih.
-   Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan klien mampu mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat.

-   Kriteria hasil
a.    Secara verbal klien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang.
b.    Klien dapat berisitirahat dengan tenang.

-   Intervensi
a.    Monitor dan catat adanya rasa nyeri,lokasi, durasi, dan faktor pencetus serta penghilang nyeri.
b.    Beri kompres hangat pada abdomen terutama bagian perut bagian bawah.
c.    Atur posisi klien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
d.   Pertahankan tirah baring selama fase nyeri.

-   Rasional
a.    Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan.
b.    Meningkatkan relaksasi otot.
c.    Meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping.
d.   Memperbaiki pola berkemih normal dan menghilangkan nyeri kulit.

2.    Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder.
-   Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan klien tidak mengalami retensi urin

-   Kriteria hasil
Klien dapat buang air kecil teratur, bebas dari distensi kandung kemih.
-   Intervensi
a.    Dorong klien BAK tiap 2-4 jam.
b.    Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih.
c.    Lakukan irigasi kateter secara berkala / terus menerus dengan teknik steril.
d.   Observasi adanya tanda-tanda shock / hemorargi (hematuria, dingin, kulit lembab,takikardi, dispnea).
e.    Kolaborasi dengan dokter dalampemberian terapi anti posmodik sesuai indikasi.

-   Rasional
a.    Meminimalkan retensi urin, distensi berlebihan pada kandung kemih.
b.    Retensi urin meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan atas, yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal.
c.    Menurunkan resiko infeksi asenden.
d.   Kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan eliminasi cairan dan akumulasi sisa toksik, dapat berlanjut ke penurunan ginjal total.
e.    Menghilangkan spasme kandung kemih sehubungan dengan iritasi oleh kateter.

3.    Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh.
-   Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan klien mampu mempertahankan fungsi seksualnya.

-   Kriteria hasil
Klien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi interaksi seksual dan aktivitas secara optimal.

-   Intervensi
a.    Motivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya yang berhubungan dengan perubahannya.
b.    Berikan informasi akurat tentang harapan kembalinya fungsi seksual.
c.    Diskusikan dasar anatomi.

-   Rasional
a.    Dapat mengalami ansietas, dan ansietas dapat mempengaruhi kemampuan untuk menerima informasi yang diberikan sebelumnya.
b.    Impotensi fisiologis terjadi bila syaraf perianal dipotong selama prosedur radikal, aktivitas seksual dapat dilakukan seperti biasa dalam 6-8 minggu.
c.    Saraf pleksus mengontrol aliran secara posterior ke prostat melalui kapsul.
d.   Meningkatkan control otot kontenensia urinaria dengan fungsi seksual.

4.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit, perawatannya.
-   Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan klien dapat memahami prosedur pembedahan dan pengobatan.

-   Kriteria hasil
Secara verbal klien mengerti dan mampu mengungkapkan dan mendemonstrasikan perawatan.

-   Intervensi
a.    Kaji implikasi prosedur dan harapan masa depan.
b.    Diskusikan pembatasan aktivitas awal.
c.    Berikan pendidikan pada klien / keluarga tentang perlunya nutrisi yang baik.
d.   Instruksikan perawatan kateter urine bila ada.
e.    Kaji ulang tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi mendadak.

-   Rasional
a.    Memberikan pengetahuan dalam membuat pilihan informasi.
b.    Menimbulkan resiko perdarahan.
c.    Meningkatkan penyembuhan dan mencegah komplikasi
d.   Meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri.
e.    Intervensi cepat dapat mencegah komplikasi serius.












C.    EVALUASI
1.    Diagnosa 1
-       Distensi kandung kemih teratasi
-       Klien dapat beristirahat dengan tenang.
2.    Diagnosa 2
-       Klien dapat BAK teratur
-       Klien tidak mengalami retensi urin
3.    Diagnosa 3
-       Klien dapat mempertahankan fungsi seksualnya.
4.    Diagnosa 4
-       Klien memahami tentang prosedur pembedahan dan pengobatan.


























DAFTAR PUSTAKA


Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Jilid 2. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylin, dkk. 1999. Rencana Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.